RIDHO ALLAH ADALAH RIDHO ORANG TUA
Belasan tahun aktif di dunia maya saya jarang sekali bercerita tentang keluarga saya. Banyak teman saya yang heran melihat foto-foto saya di media sosial yang selalu sendirian tanpa keluarga. Saya memang tidak terlalu 'demen' mengunggah foto atau cerita tentang keluarga saya di dunia maya. Saya lebih suka menceritakannya kepada teman ketika bertemu secara langsung di dunia nyata.
Hari ini saya membuat pengecualian.
Saya mengunggah foto dan bercerita sedikit tentang almarhumah Ibu saya. Beliau adalah ibu yang sangat kuat sepanjang hidupnya dan baru sakit berat menjelang beliau meninggal. Ibu saya yang begitu luar biasa itu berjuang nyaris sendirian membesarkan ketujuh anaknya sejak Bapak saya meninggal di awal tahun 1980-an. (Bapak saya adalah seorang guru Agama Islam dan meninggal di usia yang relatif muda, 51 tahun).
Ketika Bapak saya meninggal, Ibu saya baru berumur 42 tahun. Mbak saya yang tertua baru berumur 19 tahun dan sedang kuliah di Universitas Islam Malang. Saya, putra keenam, hampir berumur 9 tahun, sedang adik saya yang terkecil baru mau masuk sekolah dasar. Now can you imagine how hard our life was? Tak heran kalau Ibu saya berfilsafat, "Hidup Adalah Perjuangan".
Saya tidak akan bercerita detail tentang perjuangan Ibu saya di laman ini, biarlah nanti saya ceritakan di novel-novel saya kelak, Insya Allah. Yang pasti, keenam saudara saya relatif berhasil dalam hidupnya. Mayoritas kuliah dengan baik dan menjadi guru di SD, SMP, dan SMA. Saya? Rasanya anda sudah tahu, minimal sampean tahu dari foto-foto saya. Alhamdulillah.
Dulu semasa Ibu saya masih hidup, saya akui saya jarang berdoa dengan sungguh-sungguh. Kenapa? Karena saya percaya betul bahwa Ibu saya sudah serius mendoakan saya, paling tidak lima kali dalam sehari. Saya yakin Ibu saya mencintai, merestui, dan mendoakan usaha saya. Sayapun juga selalu berusaha untuk membanggakan dan menyenangkan hati Ibu saya.
Anda boleh percaya atau tidak. Almarhumah Ibu saya (yang rajin istighfar dan memegang teguh rejeki halal dan kejujuran itu) seperti diberi kemudahan oleh Allah dalam hal berdoa untuk keberhasilan putra-putrinya. Terkadang doa Ibu saya dikabulkan begitu cepat. Baru beberapa minggu saya menyampaikan ke Ibu saya agar didoakan untuk lolos beasiswa presentasi ke Amerika, Alhamdulillah tak sampai dua bulan saya sudah dinyatakan lolos memperoleh “travel grant” untuk presentasi dan “going to several US cities for (almost 100%) free!" Hal yang sama juga terjadi ketika saya melamar beasiswa perjalanan ke beberapa kota di Australia, Asia, dan Eropa. Alhamdulillah.
Mengapa saya begitu yakin dengan doa almarhumah Ibu saya?
Saya sangat percaya bahwa "Ridho Allah tergantung pada ridho kedua orang tua". Kalau orang tua sudah merestui niat dan usaha kita, Insya Allah Tuhan Semesta Alam akan mendukung kita meraih kesuksesan. Kecerdasan dan usaha itu penting, tetapi doa anda dan orang tua JAUH lebih penting. Berbaik hatilah pada orang tua anda, jaga lisan anda, dan berusahalah untuk menyenangkan hati keduanya. Insya Allah, keajaiban akan datang pada hidup anda.
“Ridhollah fi ridhol walidain wa sukhtullah fi shukhtil walidain” (Ridho Allah tergantung pada ridho kedua orang tua dan kemurkaan Allah tergantung pada kamarahan kedua orang tua).
Saya rangkai sekelumit cerita ini untuk menginspirasi anda, terutama untuk sahabat-sahabat saya yang ditakdirkan Tuhan menjadi 'single parent' yang terus berusaha keras untuk menghidupi putra-putrinya dengan rejeki halal, teman-teman saya yang menjadi yatim/piatu sejak kecil, dan rekan-rekan saya yang istiqomah berjuang di jalan yang benar dengan segala kekurangan dan keterbatasannya. Semoga segala perjuangan anda mendapatkan pahala dan barokah Allah Subhaanahu Wa Ta'ala. Aamiin Allaahuma Aamiin.
Sebagai akhir dari kisah nyata ini, ijinkan saya menutupnya dengan perihal yang menggembirakan. Alhamdulillah almarhumah Ibu saya sudah menunaikan ibadah haji sekitar tujuh tahun sebelum beliau meninggal. Menurut cerita beliau, selama ibadah haji itu beliau melaksanakan ibadah umrah berkali-kali yang diniatkan untuk Bapak saya, Bapak/Ibu beliau, dan anggota keluarga lainnya yang meninggal duluan. Inilah mungkin prestasi beliau dalam hidup yang paling mengesankan. Sebuah prestasi yang membanggakan, selain membesarkan ketujuh putra dan putrinya menjadi insan sholeh/sholehah yang hatinya selalu tergerak untuk mendoakan kedua orang tuanya, Insya Allah.
“Allahummaghfirlaha warhamha wa ‘afiha wa’fu ‘anha wa akrim nuzulaha wawassi’ madkhalaha waj’alil jannata maswaha. Allahumma la tahrimna ajraha wa la taftinna ba’daha waghfir lana wa laha.”
"Allahummaghfirli wali walidaya warhamhuma kama robbayani shoghiro. Aamiin Ya Robbal 'Aalamiin."
Beribu terima kasih Ibu atas segala doa dan bimbingan Ibu, baik semasa hidup maupun setelah meninggal (yang terkadang hadir dalam mimpi-mimpi saya sekarang). Matur nuwun sanget Bapak atas teladan religius yang Bapak berikan. Semoga Allah menerima semua amal baik Ibu dan Bapak dan mengampuni semua dosa panjenengan. Aamiin. Al-Fatihah.
Sydney, Summer 2017
Putra Bapak Dj. dan Ibu W. Masjhadi
Comments
Post a Comment
Terima Kasih Komentarnya. Salam Satu Jiwa. Damai Indonesia.