KEBERHASILANMU DARI DOA DAN JERIH PAYAH ORANG TUAMU
Kawan yang
aku hormati, aku tahu kau sudah sukses sekarang. Bila engkau punya waktu,
bacalah riwayat hadits yang mengharukan di bawah ini. Semoga engkau selalu ingat
bahwa keberhasilanmu tidak lepas dari doa dan jerih payah orang tuamu:
Dari
Jabir Ra meriwayatkan, ada laki-laki yang datang menemui Nabi Saw dan melapor. Dia berkata:
“Ya Rasulullah, sesungguhnya ayahku ingin mengambil hartaku ….” “Pergilah Kau
membawa ayahmu kesini”, perintah beliau. Bersamaan dengan itu Malaikat Jibril
turun menyampaikan salam dan pesan Allah kepada beliau. Jibril berkata: “Ya,
Muhammad, Allah ‘Azza wa Jalla mengucapkan salam kepadamu, dan berpesan
kepadamu, kalau orangtua itu datang, engkau harus menanyakan apa-apa yang
dikatakan dalam hatinya dan tidak didengarkan oleh teliganya.
Ketika
orang tua itu tiba, maka nabi pun bertanya kepadanya: “Mengapa anakmu
mengadukanmu? Apakah benar engkau ingin mengambil uangnya?”
Lelaki tua itu menjawab: “Tanyakan saja kepadanya, ya Rasulullah, bukankah saya
menafkahkan uang itu untuk beberapa orang ammati (saudara
ayahnya) atau khalati (saudara ibu) nya, atau untuk keperluan
saya sendiri?” Rasulullah bersabda lagi: “Lupakanlah hal itu.
Sekarang ceritakanlah kepadaku apa yang engkau katakan di dalam hatimu dan tak
pernah didengar oleh telingamu!”
Maka
wajah keriput lelaki itu tiba-tiba menjadi cerah dan tampak bahagia, dia
berkata: “Demi Allah, ya Rasulullah, dengan ini Allah Swt berkenan menambah
kuat keimananku dengan ke-Rasul-anmu. Memang saya pernah menangisi nasib
malangku dan kedua telingaku tak pernah mendengarnya …” Nabi mendesak:
“Katakanlah, aku ingin mendengarnya.”
Orang
tua itu berkata dengan sedih dan airmata yang berlinang: “Saya mengatakan
kepadanya kata-kata ini:
‘Aku mengasuhmu sejak bayi dan memeliharamu waktu muda.
Semua hasil jerih-payahku kau minum dan kau reguk puas. Bila kau sakit
di malam hari, hatiku gundah dan gelisah, lantaran sakit dan deritamu, aku tak
bisa tidur dan resah, bagai akulah yang sakit, bukan kau yang menderita.
Lalu airmataku berlinang-linang dan meluncur deras. Hatiku takut engkau
disambar maut, padahal aku tahu ajal pasti akan datang. Setelah engkau dewasa,
dan mencapai apa yang kau cita-citakan, kau balas aku dengan kekerasan,
kekasaran dan kekejaman, seolah kaulah pemberi kenikmatan dan keutamaan.
Sayang…, kau tak mampu penuhi hak ayahmu, kau perlakukan daku seperti tetangga jauhmu.
Engkau selalu menyalahkan dan membentakku, seolah-olah kebenaran selalu
menempel di dirimu …, seakan-akan kesejukan bagi orang-orang yang benar sudah dipasrahkan.’
Selanjutnya Jabir berkata:
“Pada saat itu Nabi langsung memegangi ujung baju pada leher anak itu seraya
berkata: “Engkau dan hartamu milik ayahmu!”
(HR.
At-Thabarani dalam “As-Saghir” dan Al-Ausath).
Comments
Post a Comment
Terima Kasih Komentarnya. Salam Satu Jiwa. Damai Indonesia.